Jumat, 20 Februari 2015

meninggal dihari jum'at dijamin masuk surga ???


meninggal dihari jum'at dijamin masuk surga
Pertanyaan:
Apakah orang yang meninggal pada hari jumat dijamin dalam rahmat Allah dan akan masuk syurga? Adakah hadistnya?
Syukron
Jawaban:
Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang shahih :
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ رواه البخاري وغَيْرُهُ.
"Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya". [HR Bukhari dan selainnya]
Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang shalih sangat merisaukannya. Mereka melakukan amal shalih tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai meninggal. Mereka berusaha merealisasikan wasiat Allah Azza wa Jalla :
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)". [Ali Imran : 102]
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam Shahih-nya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma , dia mengatakan :
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: إِِنَّ قُلُوْبَ بَنِيْ آدَمَ كُلُّهَا بَيْنَ أَصْبَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ، ثُمَّ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ : اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ.
"Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu".
Itulah pentingnya kondisi tutup usia. Sementara itu, kondisi seseorang pada detik-detik terakhir kehidupannya ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang berbuat baik di saat waktu dan usianya memungkinan, maka insya Allah akhir hidupnya baik. Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu kejelekan yang akan menimpanya. Allah tidak akan pernah menzhaliminya, meskipun sedikit.
Mengingat pentingnya masalah ini dan keharusan memperhatikannya, maka dengan memohon kepada Allah, tulisan ini kami angkat untuk menjadi pengingat kita semua.
HUSNUL KHATIMAH
Husnul khatimah adalah akhirnya yang baik. Yaitu seorang hamba, sebelum meninggal, ia diberi taufiq untuk menjauhi semua yang dapat menyebakan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia bertaubat dari dosa dan maksiat, serta semangat melakukan ketaatan dan perbuatan-perbuatan baik, hingga akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini.
Dalil yang menunjukan makna ini, yaitu hadits shahih dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ، قاَلُوُا: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ؟ قَالَ: يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ. رَواه الإمام أحمـد والترمذي وصحح الحاكم في المستدرك.
"Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.” [HR Imam Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan al Hakim dalam Mustadrak.
Husnul khatimah memiliki beberapa tanda, di antaranya ada yang diketahui oleh hamba yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui orang lain.
Tanda husnul khatimah, yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya kabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai anugerahNya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [Fushilat : 30].
Kabar gembira ini diberikan saat sakaratul maut, dalam kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur. Sebagai dalilnya, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ لِقَائَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَائَهُ، فَقُلْتُ: يَانَبِيَ الله! أَكَرَهِيَةُ المَوْتِ، فَكُلُّنَا: نَكْرَهُ المَوْتَ؟ فَقَالَ: لَيْسَ كَذَلِكَ، وَلَكِنِ المُؤْمِنُ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضِوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ، وَإِنَّ كَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسُخْطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَائَهُ.
"Barangsiapa yang suka bertemu Allah, maka Allahpun suka untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu Allah, maka Allah pun benci untuk bertemu dengannya”. ‘Aisyah bertanya,”Wahai Nabi Allah! Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? Kita semua benci kematian?” Rasulullah menjawab,”Bukan seperti itu. Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta SurgaNya, maka ia akan suka bertemu Allah. Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan kemurkaanNya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allahpun membenci bertemu dengannya”.
Mengenai makna hadits ini, al Imam al Khatthabi mengatakan : “Maksud dari kecintaan hamba untuk bertemu Allah, yaitu ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karenanya, ia tidak senang tinggal terus-menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna kebencian adalah sebaliknya”.
Imam Nawawi berkata,”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah, saat sakaratul maut, saat taubat tidak diterima (lagi). Ketika itu, semuanya diperlihatkan bagi yang sedang naza’ (proses pengambilan nyawa), dan akan nampak baginya tempat kembalinya.”
TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH
Tanda-tanda husnul khatimah banyak yang telah disimpulkan oleh para ulama dengan penelitian terhadap nash-nash yang terkait. Di sini kami bawakan sebagian tanda-tanda tersebut, di antaranya :
1. Mengucapkan kalimat syahadat saat akan meninggal.
Dalilnya adalah hadits riwayat al Hakim dan selainnya, bahwasannya Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa sallambersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كـلاَمـِهِ : لاَ إِ لَهَ إِ لاَ اللهُ دَخـَلَ الجـَــنَّةَ.
"Barangsiapa yang akhir ucapannya لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , maka ia masuk surga".
2. Meninggal dengan kening berkeringat.
Berdasarkan hadits riwayat Buraidah bin al Hashib Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَوْتُ المُؤْمِنِ بِعِرْقِ الجَبِيْنِ. رَواه أحـمد والترمذي
"Kematian seorang mukmin dengan keringat di kening".
3. Meninggal pada malam Jum`at atau siangnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
"Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur". [HR Ahmad dan Tirmidzi]
4. Mati syahid di medan jihad di jalan Allah, atau mati saat menempuh perjalanan untuk peperangan di jalan Allah, mati karena tertimpa sakit tha’un (pes), atau mati karena tenggelam. Dalilnya adalah hadits riwayat Imam Muslim dalam Shahih-nya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ
“Siapakah orang yang syahid menurut kalian?” Para sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid”. Rasulullah bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dari umatku sedikit,” mereka bertanya,”Kalau begitu, siapa wahai Rasulullah?” Beliau n menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati di jalan Allah, maka ia syahid. Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa yang mati karena sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang (mati) tenggelam adalah syahid”.
5. Mati karena tertimpa reruntuhan.
Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
الشُّـهَدَاءُ خَمْسَةٌ: المَـطْعُوْنُ، المَـبْطُوْنُ، والغَـرْقُ وَصَاحِبُ الهَـدْمِ والشَّهِـيْدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ.
"Orang yang mati syahid ada lima, (yaitu) : orang yang (mati) terkena penyakit tha’un, sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang terkena reruntuhan dan orang yang syahid di jalan Allah".
6. Tanda husnul khatimah, yang khusus bagi wanita, ialah meninggal saat nifas, ataupun meninggal saat sedang hamil.
Dalilnya, hadits riwayat Imam Ahmad dan selainnya, dengan sanad yang shahih dari ‘Ubadah bin ash Shamit Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan beberapa syuhada’, di antaranya :
وَالمَـرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءُ شَهَادَةٍ، يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسَرِرِهِ إِلَى الجَـنَّةِ.
"Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke Surga."
7. Meninggal karena terbakar dan radang selaput dada.
Sebagai dalilnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebutkan macam-macam orang yang mati syahid, termasuk orang yang mati terbakar. Demikian pula orang yang meninggal lantaran menderita radang selaput dada, yaitu bengkak yang meradang, nampak pada selaput yang ada di bagian dalam tulang-tulang rusuk.Adapun haditsnya diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunannya.
8. Diantara dalil yang menjelaskan jenis kematian syahid yang lain adalah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan an Nasaa-i dan selain keduanya, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِـيْدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ أَهْلِِهِ فَهُوَ شَهِـيْدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دِيْنِهِ فَهُوَ شَهِـيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دَمِه فَهُوَ شَهِـيْدٌ.
Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela keluarganya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela agamanya, maka ia syahid. Dan barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya, maka ia syahid.
9. Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan) di jalan Allah Ta`ala.
Berdasar hadits riwayat muslim dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
"Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari fitnah".
10. Meninggal dalam keadaan melakukan amal shalih.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
رواه أحـمـد وغـيْره.
"Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah (pahala) Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surg. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bershadaqah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga. (HR Imam Ahmad dan selainnya)".
Demikian beberapa tanda husnul khatimah yang telah disimpulkan dari berbagai nash. Syaikh Muhammad Nashirudin al Albani mengingatkan hal itu di dalam kitab beliau, Ahkamul Janaiz.
Akan tetapi, ketahuilah wahai saudara-saudaraku, bahwa terlihatnya salah satu di antara tanda-tanda itu pada satu mayit, bukan berarti dia pasti menjadi penduduk Surga.
Namun diharapkan, itu sebagai pertanda baik baginya. Sebagaimana jika tanda-tanda itu tidak pada satu mayit, maka janganlah divonis bahwa seseorang ini tidak baik. Semua ini merupakan masalah ghaib yang hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla.
almanhaj or.id

Kisah Nyata Seorang Wanita yang Diazab di Tanah Suci



Kisah Nyata Seorang Wanita yang Koma di Tanah Suci, ini adalah kisah nyata yang ane kutip dari catatan FB Ust. Nasir. Alhamdulillah beliau mau berbagi pengalaman beliau dengan kita semua. Dimana bagi ane pribadi pengalaman ini sangat baik untuk menjadi renungan bagi kita semua. Dan alhamdulillah beliau juga mengizinkan, bahkan merasa senang jika
kisah beliau ini dishare. Karena itu ane langsung bersemangat untuk memostingnya, namun dengan perubahan bahasa, kebahasa indonesia tentunya tanpa mengurangi artinya sedikitpun. Semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan silahkan juga di Share ke teman teman yang lain.! Berikut catatan kisah beliau:
Untuk renungan bersama ......
Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil mengurus jemaah haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan juga pahit. Bagaimanapun, dalam banyak-banyak peristiwa itu, ada satu kejadian yang pasti tidak akan saya lupakan sampai kapanpun. Yaitu pengalaman terhadap seorang wanita yang berusia 30-an. Kejadian itu terjadi ketika saya mengurus satu rombongan haji.
Setibanya wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya nampak riang karena itulah kali pertama mereka mengerjakan haji. Ketika sampai, saya membawa mereka menaiki bus dan dari situ, kami menuju ke Madinah.
Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hinggalah kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka seorang demi seorang sehingga tiba kepada giliran seorang wanita.
Tapi tanpa sebab apa-apa, ketika kakinya mencecahkan bumi Madinah, tiba-tiba wanita itu tumbang tidak sedarkan diri. Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut.
"Jemaah ni sakit” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas.
Semua jemaah nampak panik dengan apa yang sedang terjadi.
"Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ni tak sedarkan diri, cepat tolong saya...kita bawa dia ke rumah sakit," kata saya.
Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke RS Madinah yang terletak tidak jauh dari situ.
Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing.
Sampai di RS Madinah, wanita itu masih belum sedarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.
Tibalah waktu petang, wanita itu masih lagi koma. Sementara itu, tugas membimbing jemaah harus saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut terlantar di RS tersebut. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menyempatkan diri menghubungi RS Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut. Bagaimanapun, saya diberitahu dia masih tidak sedarkan diri.
Setelah dua hari, wanita itu masih juga tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu. Memandangkan usaha untuk memulihkannya semuanya gagal, maka wanita itu dihantar ke Hospital Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan rawatan lanjut sebab pada waktu itu RS di Jeddah lebih lengkap fasilitasnya dibandingkan RS Madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadual haji mesti diteruskan. Kami bertolak pula ke Mekah untuk mengerjakan ibadat haji. Selesai haji, sekali lagi saya pergi ke Jeddah.
Malangnya, ketika sampai di Hospital King Abdul Aziz, saya diberitahu oleh doktor bahawa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata dokter, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di hospital. Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya. Tapi sebaik saja terpandang wajah saya, wanita tersebut terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak- isak.
Maka sayapun terkejut karena saya ini bukanlah mahramnya. Tambahan lagi ketika dia tiba-tiba menangis??
Saya bertanya kepada wanita tersebut, "Kenapa Saudari menangis?"
“Ustaz….saya taubat dah Ustaz. Saya menyesal, saya takkan berbuat hal buruk lagi. Saya bertaubat, betul-betul taubat."
"Kenapa pulak anda tiba-tiba saja ingin bertaubat?" tanya saya masih heran.
Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu.
Kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil iktibar oleh kita semua.
Katanya, "Ustaz, saya ini sudah berumah tangga, kawin dengan lelaki kulit putih. Tapi saya silap. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja.
Ibadah satu apa pun saya tak jalani. Saya tidak sembahyang, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami saya tidak ada yang dijalani.
Rumah saya penuh dengan botol arak. Suami saya itu saya sering saya tendangi, dan saya pukul-pukul juga," katanya tersedu-sedu.
"Jadi kenapa anda ingin pergi haji seperti ini?"
"Iyalah...saya lihat orang pergi haji, jadi sayajuga ingin pergi."
"Jadi apa yang menyebabkan anda menangis sampai seperti ininya. Apakah ada sesuatu yang anda alami semasa sakit?" tanya saya lagi.
Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan,
"Ustaz...Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Sewaktu koma itu, saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini.
"Benarkah itu?" tanya saya, terkejut.
"Benar Ustaz. Semasa koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah berikan kepada saya. Balasan azab Ustaz, bukan balasan syurga.
Saya merasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik-tarik dengan bara api.
Sakitnya tidak bisa diungkapkan bagaimana sangkin pedihnya. Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah."
"Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini...putus, jatuh ke dalam api neraka.
Buah dada saya rentang terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali."
Wanita itu terus bercerita tanpa memperhatikan perawat2 dan pasien lain.
Tambahnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari.
Dia tidak diberi peluang langsung untuk istirahat atau dilepaskan dari hukuman. Selama waktu koma itu dilaluinya dengan azab yang amat pedih. Dengan suara tersekat-sekat, dengan air mata yang makin banyak bercucuran, wanita itu meneruskan ceritanya,
"Hari-hari saya disiksa. Ketika rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti tercabut kulit kepala. Panasnya pun menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegar.
Azab itu sangat pedih... sangat pedih sekali...tak bisa diceritakan sangkin pedihnya."
Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Nyatalah dia memang betul-betul menyesal dengan kesalahannya dahulu.
Sayapun tertegun, kaget dan menggigil mendengar ceritanya.
Begitulah balasan Allah kepada umatnya yang ingkar.
"Ustaz...saya ini nama saja Islam, tapi saya minum arak, saya main judi dan segala macam dosa besar. Kerana saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, sewaktu tkoma itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam. Tak ada isi pada buah itu melainkan duri-duri saja, tapi saya harus makan buah-buah itu karena saya memang sangat lapar.
"Ketika buah2 itu ditelan, duri-durinya menikam kerongkong saya dan ketika sampai ke perut, ia menikam perut saya juga. Sedangkan jari yang tercucuk jarum pun terasa sakit, ini pulalah duri-duri besar yang menyucuk kerongkong dan perut kita. Setelah buah itu habis saya makan, saya diberi makan bara-bara api.
Ketika saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya terasa seperti terbakar hangus.
Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan panasannya api tadi.
Setelah habis bara api, saya minta minuman, tapi...saya dihidangkan pula dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya sangat busuk. Tapi saya terpaksa minum karena saya sangat kehausan. Semua terpaksa saya lalui...azabnya tidak pernah rasa, tidak pernah saya alami sepanjang saya hidup di dunia ini."
Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Terasa sungguh kebesaran Allah.
"Masa diazab itu, saya merayu mohon kepada Allah supaya berilah saya nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti-henti saya memohon. Saya kata saya akan buktikan bahawa saya tak akan ulangi lagi kesalahan yang telah saya perbuat dahulu. Saya berjanji tidak akan mengingkari perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesilapan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sembahyang, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan."
Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa.
Kita manusia ini tak akan terlepas daripada balasannya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.
Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah.
"Ini bukan mimpi ustaz. Kalau mimpi azabnya takkan mungkin sepedih itu rasanya.
Saya bertaubat Ustaz, saya tak akan mengulangi lagi kesilapan saya yang dulu. Saya bertaubat... saya taubat Nasuha," katanya sambil menangis-nangis.
Sejak itu wanita berkenaan benar-benar berubah. Sewaktu saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling warak. Amal ibadahnya tak henti-henti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia cuma akan balik ke kamrnya lagi stelah sembahyang subuh.
"Maaf, tapi anda hendaklah menjaga kesehatan anda juga, setelah selesai shalat isya anda kan bisa kembali ke kamar untuk makan nasi dahulu, dan istirahat sejenak" tegur saya.
"Gak papa ustaz, saya ada membawa buah kurma, jadi bisa dimakan ketika saya merasa lapar." jawabnya.
Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia mengqadakan semula sembahyang yang ditinggalkannya dahulu.
Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut kerana ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit pula.
Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadah yang terlalu hingga mengabaikan kesihatannya.
"Gak bisa Ustaz. Saya takut...saya sudah merasai pedihnya azab Tuhan. Ustaz tidak merasakan, Ustaz tidak tau. Kalau Ustaz sudah merasakan azab itu, Ustaz juga akan menjadi seperti saya. Saya betul- betul bertaubat."
Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, "Ustaz, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustaz ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab."
Cukuplah saya seorang saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau wanita lainpun menjadi seperti saya.
Sewaktu diazab, saya lihat ketetapan yang Allah beri ialah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada orang lelaki yang bukan mahramnya, maka dia diberikan satu dosa.
Kalau 10 orang lelaki bukan mahram melihat sehelai rambut saya ini, bermakna saya mendapat 10 dosa."
"Tapi Ustaz, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang tlihat rambut saya, ini bermakna beribu-ribu dosa yang saya dapat. Kalau 10 orang yang melihat, bagaimana? Kalau 100 orang melihat? Itu sehari, kalau hari-hari kita tidak memakai jilbab macam saya ni??? Allah..."
"Saya berniat, balik saja dari haji ini, saya akan minta tolong dari ustaz supaya mengajari suami saya sembahyang, puasa, mengaji, untuk beribadah. Saya akan mengajak suami saya pergi haji. Sebagaimana saya, suami saya tu Islam pada nama saja. Tapi itu semua kesalahan saya.
Saya sudah berhasil membawanya masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayapun malah yang jadi seperti orang bukan Islam."
Sejak kembali dari haji tersebut, saya tidak mendengar lagi cerita tentang wanita tersebut. Bagaimanapun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Apakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab ketika koma?
Tidak. Saya percaya dia berbicara jujur. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha?
Satu lagi, cobalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadith. Adakah ia bertolakbelakang?
Benar, apa yang berlaku itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib?
Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mahu percaya bahawa "Oh... memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal..." Itu dah terlambat.
REBUTLAH 5 PELUANG INI SEBELUM TIBA 5 RINTANGAN
WAKTU KAYA SEBELUM MISKIN, WAKTU SENANG SEBELUM SIBUK, WAKTU SEHAT SEBELUM SAKIT, WAKTU MUDA SEBELUM TUA DAN WAKTU HIDUP SEBELUM MATI.
" SAMPAIKANLAH PESANKU BIARPUN SATU AYAT...."
Semoga postingan Kisah Nyata Seorang Wanita yang Koma di Tanah Suci ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan silahkan juga di Share ke teman teman yang lain

Kisah Seseorang Yang Masuk Surga Karena Seekor Lalat, Dan Yang Masuk Neraka Karena Seekor Lalat Pula




asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi
Thariq bin Syihab radhiallahu’anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada lagi yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”
Para sahabat radhiallahu’anhum bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?”
Rasul shallallahu’alaihi wasallam menjawab, “Ada dua orang berjalan melewati sekelompok orang yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan memberikan tumbal atau mempersembahkan qurban untuknya lebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu diantara kedua orang tadi, ‘Persembahkanlah sesuatu untuknya.’ Ia menjawab, ‘Aku tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan untuknya.’ Mereka berkata lagi, ‘Persembahkan untuknya walaupun dengan seekor lalat.’ Maka iapun persembahkan untuk berhala itu seekor lalat, maka mereka melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk ke dalam neraka karenanya. Kemudian mereka berkata lagi pada seseorang yang lain, ‘Persembahkalah untuknya sesuatu.’ Ia menjawab, ‘Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah Azza wajalla!’ Maka merekapun memenggal lehernya, dan iapun masuk ke dalam surga.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Nu’aim. Hadits mauquf dari Thariq bin Syihab dari Salman al-Farisi radhiallahu’anhuma dengan sanad yang shahih)
Penjelasan per-kata
Berhala: sesuatu yang disembah berupa gambar atau patung.
Tumbal atau qurban: mempersembahkan sesuatu dalam rangka mendekatkan diri kepadanya.
Maka merekapun memenggal lehernya: yakn mereka membunuhnya.
Penjelasan global
Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam mengkabarkan kepada kita bahwasanya ada dua orang yang bisa jadi mereka adalah dari kalangan bani Israil tatkala dalam perjalanan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala. Agar dapat melintasi tempat itu, kaum tersebut meminta mereka untuk memberikan tumbal atau mempersembahkan qurban untuk berhala tersebut dengan apapun meskipun kecil gak apa-apa.
Salah satu dari keduanya memberi tumbal seekor lalat, maka Allah Azza wajalla menetapkan untuknya masuk ke dalam neraka karenanya. Adapun satunya lagi tidak mau memberinya tumbal atau qurban karena kekuatan imannya dan kesempurnaan tauhidnya, maka mereka membunuhnya, lalu orang ini dimasukkan ke dalam surga oleh Allah Azza wajalla.
Faidah hadits ini
1. Bahayanya syirik meskipun dengan sesuatu yang kecil.
2. Bahwasanya surga dan neraka sudah ada.
3. Bahwasanya maksud terbesar adalah amalan qalbu (niat mempersembahkan qurban) sampai-sampai teranggap ia beribadah kepada berhala.
4. Dekatnya surga dan neraka dengan seorang insan.
5. Peringatan dari dosa, meskipun terlihat kecil (aaah cuman seekor lalat) eiitt jangan menganggapnya remeh.
6. Penjelasan akan luasnya ampunan Allah Azza wajalla dan betapa dahsyat siksaan-Nya.
7. Bahwasanya amalan itu tergantung akhir kesudahannya (husnul khatimah atau su’ul khatimah).
Hadits ini sebagai dalil atas haramnya menyembelih hewan qurban atau mempersembahkan tumbal dalam rangka mendekatkan diri dan mengagungkan sesuatu selain Allah Azza wajalla. Hal ini karena menyembelih hewan qurban adalah jenis ibadah. Dan memalingkan ibadah untuk selain Allah Azza wajalla merupakan perbuatan syirik.
[Dinukil dari kitab Al Jadid Syarhu Kitabut Tauhid, Penulis asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi, hal. 109-110]

Benarkah Surga Ada di Bawah Telapak Kaki Ibu ?



Benarkah Surga Ada di Bawah Telapak Kaki Ibu ? Salam sahabat , cerita saya ini membingungkan sekali, dan mohon solusi ke teman semua.
jingga
Saya tidak menegur ibu saya karena dia selalu menzolimi  dan memfitnah saya. Banyak peristiwa coba saya uraikan  satu persatu
1. Dulu ibu  sering memukul dan membedakan saya dengan anak anaknya yang lain
2. Saya di bilang nggak bisa jadi orang, sampai  sekolah dan kuliah  bekerja sendiri  sampai berhasil. Justru dengan perjalanan  itu saya sering di hina, kendaraan saya pakai , yang boleh pakai hanya adik dan kakak kakak.
3. Saat kakak saya hamil di luar nikah, terus dinikahkan dengan mantan abang ipar saya. Seiring berjalannya waktu  kakak saya di suruh bercerai dengan suaminya.
4. Diwaktu menjanda kakak  selingkuh dengan suami orang dan ibu  menyarankannya dengan tujuan uang  pemberian laki laki itu… terus hamil lah kakak saya di luar nikah lagi, lalu ibu memaksanya menggugurkan janinnya yang berumur 3 bulan di kamar mandi, terus kakak pendarahan, saya bawa kakak ke rumah sakit, dan  sumbangkan darah  buatnya, ibu tidak mau memperdulikan kakak waktu itu, sampai semua urusan rumah sakit  saya yang urus, waktu itu umur saya masih 16 tahun
5. Saya menikahi wanita yang  hamil karena hubungan bebasnya dengan mantan pacarnya, waktu itu saya bohongi orang tua  dengan mengaku bahwa itu perbuatan saya, dengan niat ingin memperlihatkan perbuatan baik pada ibu, malah  setelah pernikahan berjalan, ibu membuat kami bercerai.
6. Saya di fitnah ibu karena membela abang ,  Saat berkas kerjaan saya di kantor di mainkan abang  dan di coret coret lalu di gunakan untuk contoh undangan pernikahannya, saya marah waktu itu  tapi malah balik di fitnah ibu  dengan alasan saya bikin ulah dan ribut, padahal  saat itu bukti di depan mata ibu dan di lihat oleh orang ramai bahwa abang saya yang salah, malah saya yang di salahkan ibu , dan di usir  dari rumah,,
7 Saat saya merantau dan nggak pulang  beberapa tahun, ibu mengemis,  meminta maaf ke saya  tapi tak saya maafkan.
8. Waktu ayah sakit keras, saya pulang ke rumah dan mendapati ayah  di telantarkan  dan tidak diurus sampai meninggal dan  di malamkan  sehari di rumah, namun tidak ada satupun anaknya yang menjaga jenazah ayah di ruang tamu, yang  menjaga  hanya saya, bibi dan paman,  tidak tidur sampai pemakaman.
9 Seperginya ayah, datang berita, rumah mau di sita bank dan negara karena pajak hutang almarhum ayah, kedengaran ke telinga saya karena ibu ribut dengan saudara  mau jual rumah, saya datang bertanya kenapa, di ceritakanlah masalahnya, Alhamdulillah saya urus semua , sampai kembali lagi aset dan malahan aset keluarga bertambah banyak .
10. Belum sampai 40 hari peninggalan ayah, ibu memaksa saya untuk pindah  ke rumah baru hasil dari pengurusan pengembalian aset keluarga yang malah lebih baik lagi
11. Terakhir ini ibu memberikan kebebasan ke adek bungsu hingga melakukan pergaulan bebas dengan menjual  diri ke beberapa pria.
12. Saya tangkap salah satu pria yang telah merusak adek, eh malah ibu  melepas tersangka dengan meminta uang ganti rugi .
13. Saya marah dan  tegur ibu, tapi malah ibu memberikan adek leluasa kembali tuk bergaul terlalu bebas, saya tegur temen pria adek, ibu nggak terima malah memukul saya, padahal saya bukan anak kecil lagi seenaknya ibu tertindak tidak wajar , saya marah dan pukul temen pria adek , ibu dan adek malah membela mereka terus  dan memukul saya,,
14 . Ibu dan adek melapor ke polisi minta tanggkap saya karena sudah bikin onar, dan telah memukul adek dan ibu ( fitnah ibu dan adek ) yang saya pukul temen deket adek kok malah mereka bilang ke polisi saya yang memukul ,  waktu itu semua tetangga dan warga membela saya dan memarahi ibu, tapi malah ibu marahi semua warga untuk jangan membela tindakan saya.
15. Saya mau menikah kembali,  ibu melarang dan meminta RT untuk tak memberikan saya surat ijin nikah ( Rt alamat rumah yang lama )
16. Ibu mencoba menghasut semua saudara agar saya bisa pergi lagi dari rumah itu, justru semua warga membela saya dan tidak mengijinkan tuk  tinggalkan rumah itu..
17. Sekali saya usut semuanya, ternyata ibu dan saudara  mau menyingkirkan saya karena mereka mau bagi harta warisan ayah,  karena saya tidak mengijinkan mereka menjual harta ujung ujungnya saya di fitnah kembali mau menguasai harta.

-DOSA GHIBAH SEPERTI 30 KALI BERZINA-


-DOSA GHIBAH SEPERTI 30 KALI BERZINA-
Assalamualaikum Wr.Wb
Bismillah...
Sobat Mu7lim, Ghibah adalah menggunjingkan orang lain untuk membicarakan aibnya, kekurangannya, kecacatannya, dan rahasianya. Bila orang yang diperbincangkan mendengar pasti merasa jengkel dan benci. Perbuatan semacam ini merupakan kedzaliman, meskipun yang dibicarakan itu sesuai dengan kenyataan.
Untuk menghindari perbuatan tersebut cobalah dengan menjaga lidah jangan sampai terjebak dalam perbuatan ghibah.
Perhatikan firman Allah berikut :
"Hai orang orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah Maha penerima taubat lagi Maha penyayang."(Surat Al Hujurat :12)
Jelas sudah, bahwa Allah Ta'ala menyerupakan orang yang suka menggunjin saudaranya bagaikan orang yang memakan bangkai. Dan bila kita mau menutupi kecacatan dan keburukan orang lain, maka Allah akan menutupi kecacatan dan keburukan kita, dan sebaliknya jika kita suka membuka keburukan orang lain semasa di dunia, maka Allah akan membuka rahasiamu dan keburukanmu di hadapan para makhluq pada hari kiamat.
Dan ganjaran bagi orang yang ghibah adalah termasuk dosa besar. Karena perbuatan ini sama dengan menjatuhkan kehormatan, mencemarkan nama baik, menginjak inja wibawa orang yg kita gunjing, orang yang melakukan ghibah akan mendapatkan siksa neraka yang tak akan bisa dihindari. Menbicarakan kejelekan orang lain itu lebih keji dari pada 30 kali perbuatan zina.(ketetangan ini bisa sobat muslim cek di kitab Bidayatul Hidayah karya Al Ghazali)
Firman Allah yang artinya :
"Hai orang orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kau yanglain(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita wanita (mengolok-olokkan) wanita wanita lain boleh jadi wanita wanita (yang di perolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar gelar yang buruk."(Surat Al Hujurat : 11)
Untuk itu hiasilah hati kita dengan akhlak yang terpuji, jauhilah prasangka buruk terhadap siapapun, serta hindari menggunjingkan perihal orang lain. Sebab perbuatan ini merupakan tipu daya setan yang akan menjatuhkan kita kfalam lembah kefasikan.
Cepat kita ucapkan istighfar...
Astagfirullah...
Dan jangan lupa untuk selalu memohon ampunan kepada Allah, juga mohon perlindungan-Nya agar diselamatkan dari segala bujuk rayu setan. Aamiin...

Sepenggal Kisah Tentang Cadar


cadar10
Kini aku membuat detak waktu itu bergetar mundur. Mengenang masa dimana aku belajar  untuk mengerti arti keyakinan dan keteguhan. Aku merekamnya dalam latar suasana oranye di saat lembayung senja mengintip malu.
Sore itu manusia masih terbuai dengan kekhusuyu’an menghadap Rabb Yang Maha Hidup, Allah, satu – satunya Ilah yang berhak disembah. Meletakkan wajah di tanah  hanya untuk tuhan – tuhan palsu yang tidak mampu sekedar membunuh lalat yang hadir di depan batang hidungnya sendiri adalah bentuk ketidakadilan yang agung. Bagaimana dikatakan tidak adil? Sementara dia menghinakan dirinya sendiri untuk bersujud pada selain Allah, bersamaan dengan itu ia telah meletakkan ibadah yang sakral kepada yang tidak berhak mendapatkannya.
Hatiku tersenyum tenang karena Allah telah mengutus Rasulnya untuk membebaskan manusia dari peribadahan kepada makhluk menuju peribadahan kepada Allah Sang Khalik. Hingga aku kini bisa melihat manusia berbondong – bondong berdo’a, meminta kepada Allah Yang Maha Pemurah.
Sore itu aku selesai memandu acara Kajian Fiqih Wanita tentang pernikahan dan cinta. Aku tidak tahu bagaimana kondisi remaja berumur 15 tahun seperti diriku menanggapi masalah cinta, tetapi setidaknya aku sudah cukup dewasa untuk sekedar menyerap ilmu tentang pernikahan kala itu. Meskipun aku sebenarnya masih berusaha memahami perasaan – perasaan kakak – kakakku yang sedang kasmaran, serta bagaimana wajahnya bersemu merah saat mendengar kata “khitbah”.
Terlepas dari itu, tugasku sebagai MC pun sudah selesai. Aku termasuk salah satu anggota pengurus sebuah masjid di kawasan Jakarta Selatan. Dulunya aku belajar mengaji disana, ketika umurku sedikit membesar aku dipersilahkan membimbing adik – adikku yang lain. Secara terencana kami mengadakan Kajian Fiqih itu pada tanggal 23 Mei 2012. Ketika itu aku sudah mulai mengenakan secarik kain untuk menutup wajahku. Tak ada motif aneh – aneh, hanya  ingin membuktikan kepada Rabbku bahwa aku mencintai rasulnya dan ingin mendapatkan cinta Rabbku. Meskipun sebenarnya cintaku pada nabiku pun belum seberapa. Seperempat atom pun tidak, mungkin. Aku tak mampu menebak hatiku, dia berada diantara dua jemari Allah. Mudah bagi Allah untuk mengubahnya nanti atau saat ini. Ya Rabb, teguhkan aku diatas agamamu.
Aku memang sudah berencana menggunakan cadar sejak merangkak ke kelas 3 SMP. Tetapi baru terealisasi saat aku hendak hengkang dari sekolahku tercinta menuju sebuah pesantren yang menuntunku untuk memahami sunnah nabiku dengan lebih baik. Kala itu kekaguman menyelimuti hatiku saat melihat muslimah mengenakan cadar. Dalam benakku mereka terlihat sangat anggun sekali. Bajunya itu seperti gaun indah dari surga. Mereka terlihat begitu mempesona dan berharga. Tentunya hanya Allah yang dapat membeli mereka, bukan dengan rupiah. Tapi dengan surga, insya Allah.
Sebelum – sebelumnya, aku juga memiliki presepsi aneh dengan mereka yang bercadar. Aku termakan oleh isu media. Dan aku sedikit meremehkan mereka : Ekstrim, golongan fanatik, atau istri teroris. Siapa yang menjamin media dapat bersikap objektif dalam melihat persoalan? Sampai suatu ketika Allah menakdirkanku untuk mengikuti Daurah tentang Manhaj Ahlu Sunnah di bogor. Satu hal yang membuatku terpikat adalah keramahan dan senyum manisnya yang menyejukkan untuk saudarinya. Aku kemudian membandingkannya dengan wanita – wanita lain yang mengumbar kecantikannya , awalnya kupikir itu keren, setelah ini aku melihat wanita yang menjaga kecantikannya untuk keluarga dan saudarinya lebih terhormat.
“Kakak… Kenapa bercadar?” kataku penasaran di sebuah ruangan yang mereka sebut sebagai kamar, tetapi lebih terlihat seperti ruang kelas. Kupikir aku makhluk terkecil dalam komunitas ini, oleh sebab itu sekalian saja kupanggil semuanya dengan sebutan “Kakak”
“Dulu, sahabat – sahabat wanita Nabi saat turun ayat Hijab (Al – Ahzab ayat 59) mereka merobek kain yang ada di rumah mereka untuk dipakai menjadi jilbab.” Kira – kira begitulah jawaban kakak itu.
Aku tidak begitu mengingat secara jelas obrolan kami ketika itu. Tetapi kupikir kakak itu menjelaskan hadis dari Ibunda Orang Mukmin, Aisyah Radiallahu ‘anha ini “Mudah-mudahan Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama-tama, ketika turun ayat ini: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (dan leher) mereka.” (QS. Al Ahzab: 31), mereka merobek selimut mereka lalu mereka berkerudung dengannya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Jarir, dan lainnya)Kemudian Ibnu Hajar menjelaskan : “Perkataan : lalu mereka berkerudung dengannya” maksudnya mereka menutupi wajah mereka.
Mulai saat itu, hancurlah karang paradigma aneh yang bersemayam di otakku. Ternyata mereka tidaklah fanatik! Tampaknya, kita terburu – buru mengambil kesimpulan sebelum meneliti dan menimbang. Itulah mengapa, Allah, dalam surat Al-Hujurot ayat 6, menyuruh kita untuk memahami sebuah persoalan terlebih dahulu baru mengambil sikap.
 “Wahai orang – orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepadamu dengan membawa berita, maka carilah berita itu supaya kamu (tidak) menimpakan tuduhan kepada suatu kaum dengan kebodohan, akibatnya kamu akan menyesal terhadap apa yang kamu perbuat.”
Mengenakan cadar bagiku merupakan hadiah terindah dari sekian hadiah terindah lainnya yang Allah berikan padaku. Karena saat aku mengungkapkan niatku kepada ibuku, aku tidak mendapatkan penolakkan berarti. Aku beruntung memiliki ibu yang bersikap toleran seperti dirinya. Aku lebih beruntung dari saudari – saudariku yang lain ketika hendak mengenakan hijab ini. Itulah mengapa aku begitu percaya diri dan menganggap bagiku ini perkara mudah. Tak pernah terbesit di pikiranku bahwa kain mungil ini akan membawa presepsi salah pada masyarakat sekitarku, khususnya adik – adik TPA yang aku ajari.
Mereka berteriak “TERORIS… TERORIS… TERORIS…!”
Tentu saja aku tersentak kaget. Aku masih ingat saat aku ikut bermain lompat tali dan tertawa menikmati masa kecil bersama mereka. Masih tersimpan manis di memori ingatanku saat aku merayunya agar ia mau mengerjakan sholat dengan baik. Juga kenakalan mereka yang membuatku tersenyum dan menahan sabar. Aku masih ingat itu! Benar, mereka adik –adikku yang telah kudidik dengan kasih sayang, ku berikan nasehat – nasehat tentang Keesan Tuhan, kini melontarkan perkataan itu. Dadaku terasa panas, air mataku ingin keluar. Tak ingin dibilang cengeng, aku menahannya.
“Idih, lebay banget, dah! Kakak – kakak yang lain aja nggak pake kayak gituan, tuh!”
“Bukannya di Indonesia dilarang pakai cadar, ya?”
“Kakak kayak kuntilanak!” (Seketika aku berpikir bahwa kunti itu bajunya putih bukan ungu!)
“Kayak Ninja…! Hahah.”
“Kakak kayak orang gila, dah!”
Itu adalah ungkapan jujur yang jika saja Allah tidak merahmatiku, mungkin akan membuatku tersungkur dengan mata terbelalak. Tetapi aku berusaha tersenyum di balik cadarku. Meskipun mereka tidak melihat bahwa aku tersenyum, setidaknya mataku menyiratkan hal demikian.
Setelah kejadian itu aku menuliskan surat untuk adik – adikku tercinta. Yang sampai saat ini belum ku berikan. Entah, aku hanya mampu mengucapkan, “Cadar itu sunnah nabi, sayang. Kalau kita menggunakan cadar mendapat pahala jika tidak juga tak apa – apa. Tapi yang pasti menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan adalah wajib.”
Tetapi ku rasa, inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan kegalauanku pada mereka. Semoga mereka membacanya.
“Teruntuk adik – adikku tersayang….
“Siapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan golonganku” itulah saba Rasul kita.
Aku tidak memaksa kalian untuk berhenti mengolok – olokku. Apalah hargaku ini. Aku hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan.  Tetapi, aku benar – benar takut saat engkau mengolok – olok sunnah nabimu sendiri. Aku takut itu akan membawa petaka bagimu.
Adikku, apa yang kakakmu kenakan saat ini bukanlah ajang memamerkan diri, menganggap diri sok suci, bukan! Semua ini kakak lakukan karena Allah semata dan berusaha mencintai sunnah nabi yang suci. Dan dengan ini kakak ingin kalian juga terbiasa untuk mencintai Nabi kalian sendiri sehingga kita bisa dicinta oleh Allah.
Adikku, jika kalian ingin mengejekku itu terserah kalian. Tetapi yang perlu kalian ingat bahwa setiap apa yang kita perbuat dicatat oleh malaikat untuk dilaporkan kepada Allah, hakim yang paling adil. Entah itu kebaikan atau keburukan.
Tetapi yang kakak mohon kepada kalian, tolong hargai sunnah nabi kalian. Karena jika tidak, kakak takut perkataan yang menurut kalian sepele itu membuat kalian keluar dari agama yang lurus ini.
Semoga Allah mengampuni dosaku yang tak terhitung dan merhamati kita semua. Amin”
Tiba – tiba saja, ustadzah yang mengisi kajian Fiqih Wanita mengelus pundakku setelah shalat magrib selesai dilaksanakan. “Sing istiqamah ya, ndok…” Kata- kata itu masih terngiang – ngiang dalam benakku bersamaan dengan menghitamnya awa
Istiqamah dan perputaran waktu seperti sebuah garis yang berbanding terbalik. Semakin sering jarum jam mengulang putarannya, semakin sulit mempertahankan keistiqamahan agar tidak terus mengempis dan terus mengempis.  Berapa banyak orang yang keluar dari lingkaran keimanannya karena tak sanggup memegang bara kesitiqamahan di tangannya.  Sungguh tidak ada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Allah. Entahlah! Aku sendiri masih ragu, mungkinkah aku dapat melakukannya?n dan bergulirnya malam.
Mungkin! Jika niat karena Allah Ta’ala

HUKUM BAGI WANITA YANG TIDAK BERJILBAB


Bismillahirahmanirahim...
Assalamualaikum wr wb...
Masih seputar mengenai Jilbab ya likers....
Mohon maaf bukan niat hati tuk menghakimi temen-temen yang belum bisa memakai jilbab tapi pada dasarnya hanya sekedar untuk saling mengingatkan saja sesama umat islam khususnya wanita,,"
Imam Ali as berkata:
“Saya dan Fathimah menghadap Rasulullah saw dan kami melihat beliau dalam keadaan menangis tersedu-sedu dan kami berkata kepada beliau: “Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, apa yang membuat anda menangis tersedu-sedu?”
Rasulullah bersabda:
“wahai Ali pada malam mi’raj ketika aku pergi ke langit ,aku melihat wanita–wanita umatku dalam azab dan siksa yang sangat pedih sehingga aku tidak mengenali mereka. Oleh karena itu, sejak aku melihat pedihnya azab dan siksa mereka, aku menangis.
Kemudian beliau bersabda:
1. Aku melihat wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih.
Rasulullah saw bersabda:
“Wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih adalah wanita yang tidak mau menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki yang bukan mahram.
Sepenggal cerita Ali as diatas dari 11 sabda Rasullullah mengenai wanita yang masuk neraka menerangkan dengan jelas bahwasanya seorang wanita akan masuk neraka jika tidak menutupi rambutnya atau memakai jilbab(Hijab)
Mungkin Kaum wanita sekarang menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil,bahkan ada yang bilang lebih baik tak memakai jelbab dari pada memakai juga tak bisa menjaga kelakuannya"Kaum wanita menganggap yang terpenting hatinya dan bisa menjaga prilaku dan mengerjakan sholat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan.
Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya sbb:
“….. Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.
Sebagaimana telah diterangkan dimuka, memakai jilbab bagi kaum wanita adalah hukum syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59. Jadi kaum wanita yang tak memakainya, mereka telah mengingkari hukum syariat Islam dan bagi mereka berlaku ketentuan Allah yang tak bisa ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka?.
Sikap Allah diatas ini sama dengan sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang dari peribahasa seperti:“Rusak susu sebelanga, karena nila setitik,”. Contoh segelas susu adalah enak diminum. Tetapi kalau dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran, tetapi kita membuang seluruh susu tersebut.
Begitulah sikap manusia jika ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau manusia tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau menerima amal ibadah manusia kalau satu saja perintah-Nya diingkari.
Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang tak mau memakai jilbab, yang berbunyi sbb.:
“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”
Rasulullah bersabda,
"Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab)." (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)
Kaum wanita yang tak memakai jilbab didalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan bunyi ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji mereka.
Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab berada dalam neraka sebagaimana bunyi hadits Nabi Muhammad SAW diatas, juda ditegaskan Allah sebagaimana firmanNya di dalam surat Al A’raaf ayat 36 yang artinya seperti:
“Adapun orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”.
Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, adalah mendustakan ayat Allah surat An Nur ayat 31 dan Al Ahzab ayat 59 dan menyombongkan diri terhadap perintah Allah tersebut, maka sesuai dengan bunyi ayat tersebut diatas mereka kekal didalam neraka.
Ummat Islam selama ini menyangka tidak kekal didalam neraka, karena ada syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW yang memohon kepada Allah agar ummat yang berdosa dikeluarkan dari neraka. Mereka yang dikeluarkan Allah dari neraka, mereka yang dalam hidupnya ada perasaan takut kepada Allah. Tetapi kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, tidak ada perasaan takutnya akan siksa Allah, sebab itulah mereka kekal didalam neraka.
Sekarang kaum wanita yang tak mau berjilbab, dapat menanyakan kepada hati nurani mereka masing-masing. Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu jatuh menghimpitnya atau bagaikan lalat yang hinggap dihidung mereka?.
Kalau kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, menganggap enteng dosa mereka bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya, maka tak akan bertobat didalam hidupnya. Atau dalam perkataan lain tidak ada perasaan takutnya kepada Allah, sebab itu mereka kekal didalam neraka sebagaimana bunyi surat Al-A’raaf ayat 36 di atas. Jadi mereka tak mendapat syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW nanti di akhirat.
Banyak sekali kaum wanita yang tak berjilbab sungguhpun mereka mendirikan shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi telah hapus nilai pahalanya disisi Allah telah terjadi di zaman kita ini dan akan berketerusan sampai hari kiamat, kecuali dakwah menghidupkan risalah jilbab ini dikerjakan bersama-sama oleh seluruh ummat Islam, yaitu dengan mencetak ulang buku yang tipis ini dengan jumlah yang banyak dan disebarkan secara cuma-cuma ketengah-tengah ummat Islam.
Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini dan di zaman yang akan datang, semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam hidup mereka, telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb:
“Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat, tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi mereka”.
Tafsir “…sebenarnya bukan mendirikan shalat…” dari hadits diatas, ialah nilai shalat mereka tidak ada disisi Allah karena telah hapus pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari ayat jilbab. Begitulah Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banyak ummatnya dari kaum wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan shalat, tetapi tidak memakai jilbab didalam hidup,
"Semoga menjadi renungan kita bersama bahwa yang wajib itu tetap wajib hukumnya,,"
Kalau tidak mulai dari sekarang apakah kita akan menunggu hari lusa atau disaat kita sudah tua,,,?"
Ingat satu hal Malaikat maut itu tidak menunggumu hari lusa besok atau taun depan mungkin satu menit,jam atau hari esok kita telah dicabut nyawanya oleh malaikat maut,,"dan kita benar-benar menjadi orang yang merugi setelah hari itu datang kepada kita,,"
Buat teman-temanku Berjilbab Yuks,,,,"memakai jilbab itu indah dan terhormat dimata manusia juga dimata ALLAH"
Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini... Itu hanyalah dari kami... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...
Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan dan Semoga Bermanfaat serta bisa kita ambil hikmahnya... Amin